MUNGKIN tak banyak yang mengetahui jika Timnas Indonesia Junior pernah mencicipi kerasnya atmosfer persaingan di level kejuaraan sepak bola tingkat dunia.
Momen tersebut terjadi saat Timnas Garuda Muda mendapat “wild card” ke putaran final Piala Dunia U-20 di Jepang pada tahun 1979.
Pada tahun 1979, Timnas junior Indonesia sebenarnya gagal melangkah ke putaran final Piala Dunia Junior FIFA. Saat itu Skuad Garuda Muda hanya mampu finish di peringkat tiga pada babak kualifikasi Piala Dunia Junior FIFA.
Sedangkan zona Asia hanya memiliki tiga jatah tiket ke putaran final. Satu dipegang oleh Jepang selaku tuan rumah penyelenggara. Dua tiket lainnya dipegang Korea Selatan dan Korea Utara yang sukses menembus putaran final lewat jalur kualifikasi zona Asia. Namun karena alasan politis Korea Utara mundur dari kejuaraan dan Indonesia ditunjuk jadi pengganti.
“Sebetulnya kita tidak lolos kualifikas zona Asia. Kita waktu itu ada di peringkat tiga. Satu dipegang oleh Jepang dan posisi duanya Korea Utara,” ungkap salah satu anggota skuad Garuda Muda di Piala Dunia Junior FIFA 1979, Bambang Nurdiansyah saat ditemui persibholic.com di Hotel Aston Braga, Kamis (1/12/2011).
Saat itu Korea Utara menyatakan mundur dari putaran final Piala Dunia Junior FIFA karena merasa tidak nyaman dengan sponsor utama gelaran tersebut, yaitu Coca Cola yang sangat identik dengan musuh mereka yaitu Amerika Serikat.
“Korea Utara mundur, soalnya sponsor kejuaraanya Coca Cola yang sangat identik dengan musuh ideologi mereka yaitu Amerika,” ujar Bambang.
Jadilah Garuda Muda maju ke putaran final Piala Dunia Junior FIFA 1979 di Jepang. Sebuah kesempatan emas untuk mengepakan sayap sang Garuda di level dunia.
Namun bukan berarti perjalanan skuad Garuda di putaran final Piala Dunia Junior FIFA akan berjalan mulus. Dalam babak penyisihan, Timnas Indonesia Junior tergabung dalam grup maut bersama Argentina, Yugoslavia dan Polandia.
“Kita waktu itu kebagian grup maut, penghuninya Argentina, Yugoslavia dan Polandia,” kenang Bambang.
“Waktu itu di Timnas Argentina Junior ada nama yang cukup mencolok, yaitu Diego Armando Maradona. Waktu itu namanya belum sefenomenal sekarang, tapi kita sudah tahu siapa Maradona. Dia masih muda, 17 tahun, tapi sudah ikut Timnas senior Argentina. Bahkan waktu Argentina uji coba lawan Belanda, Maradona sudah ikut main, jadi pemain inti dan menunjukan permainan yang bagus,” lanjutnya.
Jelang pertandingan kontra Argentina, bukanya melakukan psy war dengan kubu lawan, para pemain Garuda Muda justru memburu Maradona untuk berfoto bareng dengan sang legenda sepak bola dunia tersebut. Ulah para Garuda Muda tersebut sontak membuat sang Pelatih, Sutjipto Suntoro alm) berang.
“Belum main saja sudah foto bareng. Sampe Pelatih almarhum Sucipto Suntoro sempet bilang kaya gini, ‘gimana dia kan besok lawan kalian. Sekarang malah foto-foto bareng, belum apa-apa udah kalah’,” kenang arsitek Persiram Raja Ampat tersebut sambil terkekeh.
Teguran sang legenda sepak bola Indonesia kepada anak asuhnya ternyata benar-benar terbukti. Keesokan harinya saat berlaga menghadapi Argentina, Garuda Muda harus mengakui keunggulan Maradona cs, 5 gol tanpa balas di Stadion Omiya, Jepang, 26 Agustus 1979.
Dari lima gol Tim Tango ke gawang Indonesia yang dikawal Endang Tirtana, dua gol diantaranya dicetak El Pibe de Oro atau Sang Dewa –julukan Maradona-.
Selain kalah telak 5 gol tanpa balas dari Argentina, dua penghuni grup lainya yaitu Polandia dan Yugoslavia juga pernah membuat sang Garuda tertunduk lesu.
Dalam babak penyisihan grup, Polandia menghabisi Garuda Muda dengan skor 5-0. Sedangkan Yugoslavia membantai Garuda Muda setengah lusin gol tanpa balas.
“Kalahnya ga pernah dibawah lima, Yugoslavia malah sampai 6-0. Pulang deh Indonesia. Tapi ini level dunia dan itu salah satu sejarah bahwa usia muda kita berlaga di tingkat dunia,” pungkasnya.
Argentina bersama Maradona saat itu akhirnya keluar sebagai juara FIFA World Cup U-20 usai mengandaskan Uni Soviet 3-1 di laga puncak.
Sekadar diketahui muncul kepercayaan jika para pemain yang pernah merasakan gelar juara ajang FIFA World Cup U-20, kelak ketika berkiprah di level senior juga akan mencicipi gelar juara dunia.
Hal itu juga berlaku ketika Maradona selang 7 tahun usai membawa Argentina juara Piala Dunia U-20 sukses menghantarkan pasukan Tango meraih gelar Piala Dunia 1986 yang dilaksanakan di Meksiko