Blogger news

Rabu, 02 November 2011

SENAPAN MESIN

h1

DShK-38 : Senjata Maut Pembabat Fretilin

DShK-38 tampil lengkap dengan tripod
Sebelum menggunakan SMB (Senapan Mesin Berat) browning M2HB, TNI sebenarnya sudah punya pengalaman menggunakan SMB lain yang juga tak kalah populer. Yakni DShk-38 buatan Uni Soviet (sekarang Rusia). DShK (Degtyaryova-Shpagina Krupnokaliberny) mulai dikembangkan pada awal tahun 1930-an, dan secara resmi diadopsi oleh militer Uni Soviet pada tahun 1938. Serupa dengan browning M2HB dari AS, DShK-38 juga sudah eksis digunakan dalam perang dunia kedua.
Senapan mesin legendaris ini dirancang oleh Vasily Degtyaryov dan sistem mekanisme cartridge feed-nya dikembangkan oleh Georgi Shpagin. DShK-38 dirancang sebagai senjata pemukul untuk sasaran darat dan udara jarak pendek. Bila digunakan di darat, SMB ini biasa digunakan oleh unit kavaleri dan infantri. Pada unit kavaleri, DShK sudah menjadi standar ditempatkan pada turret beragam MBT (Main Battle Tank) Uni Soviet, bahkan tank ringan PT-76 dan panser amfibi BTR-50 turut mengadopsi DShK sebagai arsenal senjata andalan. Bahkan tampilan DShK cukup mencolok di beberapa negara Afrika dan Afganistan, yakni penempatan SMB ini pada bak mobil pick up.
DShK menjadi senjata pamungkas anti serangan udara pada MBT buatan Rusia
Buat publik di Tanah Air, mungkin yang paling berkesan adalah penempatan DShK-38 di pansam BTR-50 Korps Marinir. Sejak era operasi Trikora dan Seroja, Korps Marinir sangat khas menggunakan DShK lengkap dengan perisai baja untuk perlindungan juru tembak. Walau versi BTR-50 yang kini digunakan TNI-AL (setelah hasil retrofit) sudah jarang menempatkan DShK-38.
DShK-38 tampil dengan wheel mounting

Selain populer di unit kavaleri, SMB ini juga bisa digunakan oleh satuan infantri. Dengan bobot 34 Kg (tanpa amunisi), pastinya cukup repot memobilisasi senjata ini. Untuk itu dalam infantri, wajar bila DShK dioperasikan dengan case khusus beroda dua, mirip dengan model meriam/kanon. Dengan demikian SMB ini mudah digerakkan, dibawa atau dipindahkan dengan bantuan pengait pada jip atau truk.
DShK-38 hadir dengan variasi pisir, untuk kebutuhan anti serangan udara, DShK dibekali pisir khusus berbentuk jaring laba-laba. Biasanya ini populer digunakan oleh satuan artileri pertahanan udara. DShK-38 pun hingga kini tercatat sebagai arsenal senjata pada Arhanudri (Artileri Pertahanan Udara Ringan) TNI-AD.
BTR-50 Korps Marinir dilengkapi DShK-38 saat operasi Seroja di Timor Timur
Sebagai senjata yang menyandang gelar battle proven, DShK-38 mampu memuntahkan 600 butir peluru per menit. Sedangkan jarak tembak maksimumnya mencapai 2000 meter dengan kecepatan luncur peluru 850 meter per detik. DShK-38 beroperasi dengan sistem operasi gas, tipe cartridge yang digunakan adalah jenis 12,7 x 108 mm. Bila tanpa amunisi bobot SMB ini 34 Kg, tapi saat ditancapkan pada platform wheeled mounting bobot senjata ini menjadi 157 Kg.
DShK-38 dipasang pada kereta di Rusia
Walau di Indonesia kiprahnya telah memudar, DShK-38 masih tetep populer diadopsi oleh negara-negara sekutu Rusia. SMB ini pun sudah diproduksi secara lisensi oleh Cina, Pakistan, dan Rumania. Salah satu prestasi tempur DShK-38 yakni mampu menjatuhkan helikopeter Lynx Inggris pada tahun 1990 di Irak. Untuk di Tanah Air, gerombolan Fretilin dan pasukan Tropaz pastinya sudah pernah merasakan muntahan pelor maut dari DShK-38, salah satunya yang dipasang pada ranpur BTR-50. (Haryo Adjie Nogo Seno)
Spesifikasi DShK-38
Kaliber : 12,7 mm
Rata-Rata Tembakan : 600r/menit
Kecepatan Peluru : 850 meter/detik
Jarak Tembak Efektif : 2000 meter
Berat : 34 Kg
Amunisi : Sabuk
Mekanisme : gas operated
Produksi awal : 1938
h1

Browning M2HB : Senapan Mesin Berat Ranpur Kavaleri

   

Kodratnya memang bukan sebagai senjata khusus kavaleri, namun bisa dibilang inilah arsenal senjata pelengkap kavaleri yang lumayan menentukan dalam tiap operasi militer. Tanpa browning, seolah daya gempur korps kavaleri jadi tak lengkap, ini tak berlaku di di Indonesia saja, melainkan di seantero dunia, terutama di negara-negara pengguna standar militer NATO.
Browning M2HB dikenal dalam lingkungan TNI dengan sebutan SMB (senapan mesin berat), tak lain karena kaliber yang diadopsinya adalah 12,7 mm. SMB mampu menghantam sasaran secara akurat dalam jarak 2500 meter. Selain unggul dalam hal akurasi, tidak ada satupun rompi anti peluru yang mampu menangkal penetrasi proyektil 0.50 inci M2HB. Bahkan lapisan kaca anti peluru plexiglass pun jeboll dihajar proyektil SMB.


Browning M2HB juga populer dalam terminologi, salah satunya browning populer dengan sebutan “Ma Deuce”, Heavy Barrel, Cal. .50 dan SMB. Adopsi SMB sangat luas, hampir semua matra, baik Angkatan Laut, Angkatan Darat dan Angkatan Udara telah merasakan kehebatan browning M2HB. Mulai dari helikopter, pesawat tempur, tank, panser, hingga unit infantri pun telah lama menggunakan browning M2HB.
Untuk kavaleri Indonesia, SMB 12,7 mm sejak awal telah menjadi senjata pamungkas bagi panser TNI-AD, yakni VAB buatan Prancis dan V-150 versi intai buatan Cadilage Cage buatan AS. Di lingkungan Korps Marinir, kiprah browning M2HB terbilang baru lewat penempatannya sebagai senjata utama bagi tank pendarat LVTP-7 buatan Korea Selatan.
Turret LVTP-7 dengan Browning M2HB
Lain lagi di lingkungan TNI-AU, browning M2HB dtempatkan sebagai senapan mesin di pesawat tubro propeler OV-10 Bronco, menggantikan senapan mesin M-60 yang hanya berkaliber 7,62 mm. Selain itu, browning M2HB juga dirancang dalam model twin gun pada helikopter Puma SA-330 Skadron 8 Lanud Atang Sanjaya. Twin gun ini ditempatkan pada sisi pintu, jadilah door gun Puma tampil garang.
M2HB sebagai door gun pada helikopter US Navy
SMB browning M2HB menggunakan amunisi kaliber 12,7 x 99 mm. Amunisinya tersedia dalam berbagai tipe munisi dengan inti baja keras antara lain Armour Piercing MU3-P yang unggul karena mempunyai daya tembus terhadap lapisan baja, Mild Steel dengan ketebalan 16 mm pada jarak 150 meter.
Dikutip dari Majalah Commando Edisi Maret – April 2006, disebutkan secara teknis SMB dirancang untuk bisa menembak full otomatis, sehingga bisa dipahami betapa dahsyat efek daya rusak senjata ini. Dalam pelaksanaan di lapangan ada aturan-aturan yang sebaiknya dipatuhi agar senjata bisa berumur panjang.
Panser V-150 TNI-AD dengan Browning M2HB
Panser VAB dengan SMB Browning M2HB
Seperti diungkapkan personel YonKav 7 yang menjadi operator panser VAB, pihak pabrik mensyaratkan laras senapan harus diganti setelah 10.000 tembakan. Namun, di lingkungan batalyon, aturan tadi dibuat lebih ketat, setalah 5.000 tembakan laras sudah diganti.
VAB Indonesia dalam misi PBB, laras Browning cukup mencolok
Selain syarat teknis, kebiasaan menembak juga berpengaruh pada usia pakai senjata. Terdapat tiga gaya menembak pada SMB. Pertama disebut rentetan pendek, artinya ada sekitar dua hingga tiga peluru lepas dalam sekali tembakan. Selanjutnya ada rentetan sedang, dimana lima peluru langsung dimuntahkan salam sekali tembak. Dan yang terakhir, disebut rentetan panjang, tembakan ini disebut full otomatis, sangat pas untuk mengatasi serbuan massal atau menghancurkan sarang perkubuan lawan.
Aksi Browning M2HB dalam film Black Hawk Down
Dengan beragam keunggulannya, wajar bila senapan yang aktif digunakan sejak Perang Dunia II ini terus digunakan hingga saat ini, hampir tiap operasi militer besar di dunia selalu menghadirkan jenis senjata pemukul ini. Mulai dari perang Korea, perang Vietnam, perang Teluk, dan perang Afganistan melibatkan kiprah M2HB secara masif. Beberapa negara pun terus mengembangkan varian-varian M2HB untuk diadopsi dalam berbagai tipe ranpur. Bila Anda ingin lihat performa daya gempur browning M2HB di layar kaca, saksikan film Black Hawk Down, di film tersebut M2HB menjadi senjata standar pada ranpur Humvee. (Haryo Adjie Nogo Seno)
Spesifikasi M2HB Browning
Kaliber : 12,7 mm (0.50 inchi)
Rata-Rata Tembakan : 550 butir/menit
Kecepatan Peluru : 930 meter/detik
Jarak Tembak Efektif : 2000 – 2500 meter
Berat : 38 Kg (58 Kg dengan Tripod)
Panjang : 1,65 meter
Panjang Laras : 1,140 meter
Amunisi : Sabuk
Mekanisme : Recoil, short recoil
Produksi awal : 1932

0 komentar:

Posting Komentar